Bermain Pura-pura dengan Anak, Sederhana namun Kaya Manfaat

Rizki Adis Abeba | 11 September 2019 | 16:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Bermain adalah cara utama anak untuk belajar tentang banyak hal. Seiring perkembangan zaman, aneka jenis mainan anak, manual hingga digital, terus diproduksi. Namun dari sekian banyak jenis mainan dan permainan untuk anak, seperti apa yang paling memberi manfaat?

Ternyata dalam berbagai kesempatan, para psikolog mengatakan, bermain pura-pura sangat penting serta memainkan peranan signifikan bagi pertumbuhan dan kecerdasan anak. Permainan pura-pura adalah permainan imajinatif dengan cara memberikan peran tertentu untuk anak—yang harus mereka peragakan sesuai peran. Mereka misalnya bisa berpura-pura menjadi dokter, pahlawan super, pemilik toko, petugas kasir, atau petugas pemadam kebakaran.

Selama lebih dari 75 tahun, berbagai teori psikologi dan penelitian mengidentifikasi jenis permainan ini sebagai salah satu komponen vital dalam kecerdasan anak, terutama di usia 1,5 setengah hingga 7 tahun. Sandra Russ, psikolog klinis anak dari Universitas Case Western Reserve, Ohio, AS, menyatakan ada beberapa proses kognitif dan afektif yang berkaitan dengan permainan pura-pura.

“Dengan bermain pura-pura, anak mengembangkan kemampuan berbahasa, berfantasi, kemampuan meyakinkan orang lain (lewat peran), dan kemampuan memahami ide, tema cerita, serta simbol,” urai Russ. Permainan pura-pura juga membuat anak mampu memahami ekspresi positif dan negatif, sehingga mereka dapat berempati terhadap orang lain dan situasi sekitar.

Hal penting lain dari permainan pura-pura, anak berinteraksi dengan orang lain. Tidak seperti mainan berbentuk benda apalagi komputer yang membuat anak asyik sendiri, bermain pura-pura membutuhkan aksi dan reaksi. Anak akan mempelajari bahwa aksi mereka akan menimbulkan reaksi, sebaliknya juga akan mengenali reaksi seperti apa yang pas untuk aksi tertentu—misalnya reaksi sebagai dokter saat melihat pasien mereka kesakitan.

Bermain adalah kegiatan integral untuk menumbuhkan anak yang sehat dan pandai beradaptasi. John Goodwin, CEO Lego Foundation dan mantan kepala bagian keuangan The Lego Group mengatakan, “Dengan membantu anak banyak bermain, berarti Anda mempersiapkan mereka untuk masuk ke dunia kerja dan masyarakat luas,” kata Goodwin.

Jangan Malas Mengajak Anak Bermain

Di sisi lain, dalam kehidupan keluarga modern, bermain pura-pura semakin jarang dilakukan. Dalam studi yang digagas pusat penelitian Edelman Intelligence di AS, sebanyak 56 persen responden dari 12.710 orang tua di 10 negara mengatakan, anak-anak mereka menghabiskan waktu kurang dari satu jam per hari untuk bermain di luar ruangan. Lalu apa yang dilakukan anak ketika berada di dalam rumah? Bermain ponsel, permainan video, dan tablet. Di samping itu, orang tua mengakui, kegiatan sekolah dan les yang padat menyita waktu bermain anak.

Benar, anak butuh pendidikan akademis. Namun mereka juga butuh dididik menjadi manusia. “Kita semua berusaha membuat anak lebih baik dalam menguasai komputer, tetapi anak-anak kita tidak perlu lebih kaku daripada komputer itu sendiri,” kata Kathy Hirsh-Pasek, professor psikologi dan pakar bermain dari Universitas Temple, Pennsylvania, AS. Orang tua sering kali mengabaikan pentingnya kemampuan anak dalam bernegosiasi dengan orang lain, mengeksplorasi dunia, dan menemukan ide baru. “Padahal hal-hal semacam ini harus dilakukan lebih baik oleh manusia daripada komputer dan bermain membantu anak mengembangkan kemampuan itu,” tegas Pasek.

Jangan malas mengajak anak bermain! Apalagi kegiatan bermain pura-pura bisa dipupuk sejak anak masih bayi, sebelum mereka mampu bicara atau bergerak aktif. Caranya, dengan banyak mengajak anak bicara, menjelaskan hal-hal yang ada di sekitar anak, dan kebiasaan membacakan buku atau menceritakan dongeng sebelum tidur. Tidak sulit, hanya butuh komitmen.

(riz)

 

Penulis : Rizki Adis Abeba
Editor: Rizki Adis Abeba
Berita Terkait